Kritik Sastra Puisi “Doa” karya Chairil Anwar

Terbit: oleh -405 Dilihat
Wima Adawiyyah.

Nama : Wima Adawiyyah

Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Keguruaan dan Ilmu Pendidikan

Universitas : Universitas Maritim Raja Ali Haji ( UMRAH)


Doa

Kepada pemeluk teguh

Tuhanku

Dalam termangu

Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh

mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci

tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk

remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku

di pintuMu aku mengetuk

aku tidak bisa berpaling

Puisi “ Doa ” karya Chairil Anwar merupakan karya sastra yang cukup populer di Tanah Air. Puisi yang diciptakan penyair legendaris tersebut ditulis sejak November 1943 dan diterbitkan pertama kali dalam majalah lama Pantja Raja pada November 1946. Chairil Anwar dikenal sebagai penyair yang melahirkan karya-karya yang mencerminkan tentang aspek-aspek kehidupan.

Puisi-puisi buatannya meskipun terkadang menceritakan tentang kegembiraan, tak jarang pula menceritakan tentang ketakutan akan kematian atau depresi. Selain itu, karya-karya Chairil Anwar juga bersifat multitafsir, di mana setiap pembaca dapat mengambil makna sesuai yang mereka pahami atau inginkan.

Puisi “Doa” menceritakan tentang seseorang yang memiliki keyakinan bahwa Tuhan selalu bersamanya. Meski dalam keadaan apapun, tetap berdoa dan mengingat Tuhannya. Puisi “Doa” mengungkapkan tentang ketuhanan melalui kata-kata kiasan didalamnya. Dimana memperindah puisi dan juga memadatkan makna.

Puisi yang bertemakan ketuhanan ini memang mengungkapkan dialog dirinya dengan Tuhan. Kata “Tuhan” yang disebutkan beberapa kali memperkuat bukti tersebut, seolah-olah penyair sedang berbicara dengan Tuhan, sehingga pembaca bisa langsung merasakan dirinya sebagai sang penulis puisi tersebut.

Puisi “Doa” mengajak pembaca untuk mengetahui bahwa hidup ini tidak bisa berpaling dari ketentuan Tuhan. Puisi ”Doa” juga menyatakan perasaan terharu dan rindu. Perasaan tersebut tergambar dari diksi yang digunakan antara lain: termenung, menyebut nama-Mu, Aku hilang bentuk, remuk, Aku tak bisa berpaling.

Menurut saya kelebihan dari puisi “Doa” yakni isi yang terkandung didalamnya dapat membius para pembacaanya dalam perasaan/penghayatan jiwa. Sedangkan kekurangannya, yakni penggunaan kata dalam puisi “Doa” kurang efektif yang membuat pembaca sulit untuk memahami kata demi kata, dan pembaca harus benar-benar mengkaji/mendalami untuk mengetahui maksud dari puisi tersebut. (*).


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *