Sajak Cinta
Karya W.S Rendra
Setiap ruang yang tertutup akan retak
karena mengandung waktu yang selalu mengimbangi
Dan akhirnya akan meledak
bila tenaga waktu terus terhadang
Cintaku kepadamu Juwitaku
Ikhlas dan sebenarnya
Ia terjadi sendiri, aku tak tahu kenapa
Aku sekedar menyadari bahwa ternyata ia ada
Cintaku kepadamu Juwitaku
Kemudian meruang dan mewaktu
dalam hidupku yang sekedar insan
Ruang cinta aku berdayakan
tapi waktunya lepas dari jangkauan
Sekarang aku menyadari
usia cinta lebih panjang dari usia percintaan
Khazanah budaya percintaan
pacaran, perpisahan, perkawinan
tak bisa merumuskan tenaga waktu dari cinta
Dan kini syairku ini
Apakah mungkin merumuskan cintaku kepadamu
Syair bermula dari kata,
dan kata-kata dalam syair juga meruang dan mewaktu
lepas dari kamus, lepas dari sejarah,
lepas dari daya korupsi manusia
Demikianlah maka syairku ini
berani mewakili cintaku kepadamu
Juwitaku
belum pernah aku puas menciumi kamu
Kamu bagaikan buku yang tak pernah tamat aku baca
Kamu adalah lumut di dalam tempurung kepalaku
Kamu tidak sempurna, gampang sakit perut,
gampang sakit kepala dan temperamenmu sering tinggi
Kamu sulit menghadapi diri sendiri
Dan dibalik keanggunan dan keluwesanmu
kamu takut kepada dunia
Juwitaku
Lepas dari kotak-kotak analisa
cintaku kepadamu ternyata ada
Kamu tidak molek, tetapi cantik dan juwita
Jelas tidak immaculata, tetapi menjadi mitos
di dalam kalbuku
Sampai disini aku akhiri renungan cintaku kepadamu
Kalau dituruti toh tak akan ada akhirnya
Dengan ikhlas aku persembahkan kepadamu:
Cintaku kepadamu telah mewaktu
Syair ini juga akan mewaktu
Yang jelas usianya akan lebih panjang
dari usiaku dan usiamu
Makna puisi: Kekuatan cinta yang sangat dalam meskipun perjalanannya berliku-liku.
Dr. Willibrordus Surendra Broto Rendra, S.S., M.A. atau dikenal sebagai W.S. Rendra adalah penyair, dramawan, pemeran dan sutradara teater berkebangsaan Indonesia. Sejak muda, dia menulis puisi, skenario drama, cerpen, dan esai sastra di berbagai media massa. Nah pada puisi yang berjudul “Sajak cinta” berisi tentang makna yang dimana banyak diwakilkan oleh kata-kata bijak seperti Cintaku kepadamu Juwitaku Ikhlas dan sebenarnya.
Pada bagian ini dinyatakan bahwa tokoh aku pada puisi tersebut sudah memiliki perasaan cinta kepada kekasihnya namun cinta memiliki hambatan yang sedang dialami mereka. Selain itu juga pada puisi tersebut memiliki makna kekuatan cinta yang sangat dalam terkadang memerlukan pengorbanan dan harus menempuh perjalanan jauh dan panjang. (*).
Biodata Penulis
- Nama : Muhammad Zadal Hilmi
- NIM : 2003010003
- Kelas : M01 PBSI 2020
- Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
- Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
- Universitas Maritim Raja Ali Haji