Mengembalikan Natuna Sebagai Pusat Poros Maritim Dunia Dulu Hingga Kini

Terbit: oleh -99 Dilihat
Aprianti, S.Pd, Ketua HMI Cabang Natuna

LETAKNYA yang strategis di persimpangan perlintasan perdagangan dunia membuat Natuna sejak dulu menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dagang dunia yang berasal dari bebagai negara. Dari Asia Timur ada Cina, Jepang, Korea, Taiwan dan lain-lain. Dari Asia Tenggara ada Thailand, Malaysia, Vietnam, Kamboja, juga Brunai dan Filipina. Dari Asia Barat dan Selatan, ada India, Iran, Arab Saudi, bahkan dari Turki. Perlintasan ini juga dilalui oleh para pedagang dari Eropa, bahkan juga Amerika Serikat.

Memang belum banyak tulisan yang bisa dijadikan rujukan untuk menunjukkan bahwa betapa pentingnya posisi Natuna dalam percaturan maritim dunia sejak dulu kala. Tapi, dari temuan artefak yang digali secara liar oleh para pencari barang antik maupun secara resmi oleh peneliti dari LIPI cukup membuktikan bahwa statemen tersebut bukanlah mengada-ada. Temuan-temuan guci yang terbuat dari keramik dengan motif dan style yang berbeda menunjukkan asalnya dari negara yang beragam. Walau pun yang paling dominan adalah yang berasal dari negara Cina dengan titi mangsa dari berbagai Dinasti, seperti  Ming, Song, Tang, dan lain sebagainya.

Dari temuan-temuan itu bisa dilihat bahwa mereka yang datang itu bukan hanya sekadar singgah, apakah itu untuk menambah perbekalan air minum atau hanya sekadar beristirahat, tapi lebih dari itu banyak dari mereka yang datang itu bahkan menetap di Natuna. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa artefak-artefak itu tidak hanya ditemukan di daerah persisir, namun ditemukan pula di daerah pedalaman. Yang lebih menarik lagi, ditemukan pula lokasi pemukiman permanen yang ditempati oleh para pendatang, seperti yang ditemukan di daerah Semedang, Bunguran Barat.

Temuan-temuan tersebut tentu saja sedikit menguak eksistensi Natuna sebagai poros maritim dunia walaupun belum bisa menjustifikasinya. Tapi, paling tidak bisa dijadikan titik pijak untuk kita berwacana tentang Natuna ke depan sebagai Poros Maritim Dunia.

Berdasarkan kenyataan di atas, ditambah lagi dengan riuhnya situasi di Laut Natuna Utara dengan adanya klaim-klaim sepihak dari pihak Cina berdasarkan Nine Dash Line, sehingga membuat pemerintah Republik Indonesia sedikit melirik ke Natuna, maka perlu adanya forum untuk mengartikulasikan pewacanaan “Natuna sebagai Pusat Poros Maritim Dunia. Ini penting untuk melihat bagaimana sesungguhnya posisi Natuna dalam konteks percaturan maritim dunia dulu, kini, dan akan datang.

Diharapkan bisa menggugah kesadaran putra-putri Natuna bahwa Natuna itu penting baik bagi Indonesia maupun dunia. Dengan demikian, akan memberikan kebanggaan bagi mereka sehingga bisa membuat mereka tegak berdiri untuk membangun masa depan Natuna yang lebih baik dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di situlah arti penting diangkat tema “Mengembalikan Natuna sebagai Pusat Poros Maritim”.


Oleh : Aprianti, S.Pd, Ketua HMI Cabang Natuna


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *