Nama: Ismawati
Prodi: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Mahasiswa: Universitas Maritim Raja Ali Haji
Pandangan awal, kritik sastra dipahami sebagai upaya penghakiman karya sastra, dan tidak selamanya hidup. Hal tersebut dikarenakan nilai-nilai yang ditemukan dalam karya sastra, memunculkan dua sisi, yaitu setuju dan tidak setuju. Dengan demikian, kritik sastra pun berkembang mengikuti fenomena memahami nilai karya sastra yang demikian. Beberapa menghakimi karya sastra, lainnya sekedar membicarakan karya sastra, dan sebagian lainnya lagi mengangkat derajat karya sastra tertentu tersebut.
Seseorang dapat membuat kritik sastra yang baik apabila dia betul-betul menaruh minat, perhatian, kepekaan yang terlatih, dan pemahaman yang tinggi pada karya sastra melalui pengalaman manusiawinya. Yang dimaksud dengan “Mendalami serta menilai tinggi pengalaman manusiawi” adalah menunjukkan kerelaan jiwa untuk menyelami dunia karya sastra, kemampuan untuk membeda-bedakan pengalaman secara mendasar, dan kejernihan budi untuk menentukan macam-macam nilai.
Ketika kita mengkritik sebuah karya sastra, maka ada tiga aktivitas yang tidak dapat kita pisah-pisahkan. Dengan melakukan interpretasi dan analisis terhadap karya sastra, maka kita akan dapat melakukan penilaian secara tepat.
Disamping kata kritik sastra, kita juga mengenal adanya istilah apresiasi sastra dan penelitian (kajian) sastra. Kedua aktivitas itu juga berhubungan secara langsung dengan karya sastra dan menjadikan karya sastra sebagai objeknya.
Dengan mengetahui nilai karya sastra, maka kita dapat memilah mana karya sastra yang bernilai dan mana yang tidak, juga mana yang bermutu tinggi dan mana yang bermutu rendah. Yang perlu kita catat adalah bahwa dalam menilai suatu karya sastra kita dituntut menyikapi secara objektif dengan disertai alasan-alasan. Artinya, penentuan nilai haruslah mendasarkan pada data-data yang ada. Dalam konteks kritik sastra, suatu karya sastra dinilai baik atau buruk haruslah berdasarkan data-data yang ada dalam karya sastra yang kita nilai.
Perlukah kita perhatikan pada beberapa kritik sastra mengenai ada dan tidaknya pertimbangan dari segi kepentingan pribadi dan kepentingan pihak-pihak tertentu?.
Pada saat seseorang mengadakan kritik terhadap karya sastra, dia tidak perlu menyembunyikan kepribadiannya dalam metode dan ukuran umum kritik. Yang perlu adalah ia mampu menghidupkan dan mengungkapkan kembali secara hidup dan utuh pengalamannya ketika ia berada dalam dialog pertemuan dirinya sebagai pembaca dengan karya sastra. Dengan demikian segala ungkapan akan mengarah pada sikap bertanggung jawab dan mampu dipertahankan sebagai idealisme pamaharan seorang kritikus terhadap apa yang diungkapkannya.
Kritik sastra sendiri adalah bidang studi sastra yang membicarakan karya sastra secara langsung. Apabila kritikus berarti hakim karya sastra, maka kritik sastra berarti menghakimi karya sastra. Semata-mata kecakapan pengungkapan kembali suatu pengalaman estetik seseorang dalam melakukan tindakan dan respon kritis terhadap karya sastra. Dapat dipahami bahwa kritik sastra merupakan istilah atau pandangan yang dibatasi oleh persepsi. Pembaca mengadakan pergumulan dengan karya sastra ia ingin tahu apa yang terpampang di dalam karya sastra lalu memberikan penilaiannya.
Oleh karena itu kritik terhadap karya sastra harus dilakukan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus untuk memudahkan pemahaman karya sastra, mengungkapkan kelebihan dan kekurangannya dan tidak hanya sekedar sebagai tindakan penghakiman terhadap karya sastra. Kegiatan mendalami karya sastra, bahkan membongkar karya sastra yang menghasilkan penglihatan dengan sudut pandang beragam, landasan teoritis yang berkompeten, serta penyajian yang efektif dan tepat dapat memberikan dampak yang berarti. Kritik sastra yang baik juga mampu mengarahkan selera sastra yang baik bagi sastrawan atau menunjukkan wilayah-wilayah yang belum pernah digarap sastrawan.
Kritik sastra yang dilahirkan oleh pengritik yang mempunyai rasa tanggung jawab moral dan intelektual disebabkan ia mempunyai minat membaca dan menekuni sastra dan ilmu sastra. Kritik sastra tidak hanya karena tanggung jawab pengeritik tetapi juga tanggung jawab para sastrawan, dan tanggung jawab mereka yang memanfaatkan kritik sastra itu sendiri. Lebih dari itu, upaya pengembangan metode kritik dan pendekatan kritik secara terus menerus perlu pula dilakukan, terutama dalam menemukan konsep-konsep kritik sastra yang sesuai dengan hakikat sastra Indonesia.
Perkembangan Kritik Sastra
Orang Indonesia telah memiliki banyak variasi karya sastra dalam kehidupan mereka sejak masa lalu. Mereka telah menggunakan bentuk mantra, sajak, dongeng, dan mitos dalam hidup mereka. Misalnya, ketika orang mengalami gangguan dalam hidup, seperti orang sakit, tanaman mati karena banyak hama dalam hidupnya. Tanaman-tanaman ini, kemarau panjang, dan kejadian-kejadian sulit lainnya bergantung pada pawang untuk melafalkan mantra mereka untuk menemukan solusi atas kesulitan-kesulitan ini.
Dalam perkembangan studi sastra telah ada teori yang memisahkan ketiga disiplin ilmu tersebut. Selain itu, studi sejarah sastra mengikuti pendekatan temporal,sejarah sastra hanya dapat didekati dengan penilaian atau kriteria waktu. Bahkan dikatakan bahwa tidak ada kesinambungan karya sastra dari satu periode ke periode lain karena mewakili periode tertentu.
Perkembangan kritik sastra salah satunya dapat dilihat dari ekspresi pembaca. Betapa beragamnya ekspresi membaca puisi, mirip dengan membaca puisi. Tentu saja memiliki variasi yang berbeda tergantung pada pemahaman pembaca. Ada yang membacakan puisi dengan lantang penuh emosi dan amarah, ada juga yang membaca pelan dengan ekspresi sedih dan berlinang air mata. Seperti dalam genre prosa, pembaca mengeksplorasi konflik psikologis karakter dalam karya dan keadaan sosial mereka, seolah-olah mereka terlibat dalam konflik yang muncul. Kehadiran pembaca membantu sastra berkembang.
Pada dasarnya setiap pembaca sebuah karya sastra telah berperan sebagai “Kritikus” karena pembaca dapat menilai apakah karya sastra yang dibacanya menarik atau tidak. Meski tidak dalam bentuk tulisan, ilmiah atau tidak ilmiah, dunia sastra. Keberadaannya memberikan kontribusi bagi perkembangan studi sastra. Studi sastra tidak lagi fokus pada teks tetapi mampu mengeksplorasi elemen eksternalnya (pembaca, penulis, dan elemen sosial di dalamnya).
Pembaca bebas menganalisis sebuah karya. Setiap pembaca memiliki pemahaman dan interpretasi yang berbeda-beda, karena teks sastra merupakan kajian tentang interpretasi. Oleh karena itu, karya tanpa pembaca tidak lebih dari kumpulan manuskrip. Keberadaan karya sastra sampai kepada pembaca, tidak lepas dari keberadaan penerbit atau media. Dapat dikatakan bahwa pembaca adalah rajanya produksi sastra. Dalam dunia sastra, pengarang karya merupakan mata rantai bagi perkembangan dunia sastra bagi pembacanya.
Hubungan Kritik Sastra dengan Pembaca
Peran pembaca merupakan faktor penting dalam menjadikan teks sastra sebagai objek estetik. pembaca dalam menghadapi kritik sastra telah membawa sejumlah bekal yang berupa pengetahuan dan pengalaman. Bekal pembaca itulah yang menentukan dan selanjutnya mengarahkan pembacaannya. Dalam istilahnya, bekal pengetahuan itu membangun harapan pembaca dalam menghadapi kritik sastra.
Pembaca dalam menghadapi kritik sasra pada hakikatnya masuk dalam suasana berdialog dalam komunikasi sastra, kedua pihak, yaitu teks dan pembaca berinteraksi. Dalam Interaksi itu wujud struktur yang terlangkau melalui teks berperan memberi arahan kepada pembaca sebagai bekal atau bahan yang berupa pengetahuan dan pengahaman pembaca).
Pembaca sebagai pengungkap makna sebuah kritik sasra, sebenarnya bukanlah merupakan faktor yang mantap stabil karena yang disebut pembaca adalah faktor yang variabel sesuai dengan masa, tempat, dan keadaan sosiobudaya yang melalari pembacaan. Oleh karena itu, ada kemungkinan satu kritik sastra memperoleh makna yang bermacam-macam dari berbagai kelompok pembaca.
Peran Kritik Sastra
Kritik sastra mendokumentasikan semua karya sastra dan para penyairnya sehingga bisa di kenal dan di pelajari oleh generasi yang akan datang. Kehadiran kritik Sastra juga berperan penting dalam mengangkat nama Penyair untuk lebih dikenal dan diketahui oleh masyarakat luas. Kalau ada yang beranggapan bahwa kehadiran Kritik Sastra mematikan kreativitas Penyair berarti dia tidak ingin dikritik untuk memperbaiki diri atau memperbaiki karya yang dihasilkan.
Justru dengan kehadiran Kritik Sastra,para penyair yang karya karyanya di kritik oleh para kritikus mendapat tempat di hati Kritikus maupun pembaca secara umum. Banyak Penyair terkenal dan namanya dikenal secara luas oleh masyarakat karena berkat kehadiran Kritikus Sastra. Kritik yang diberikan tentunya guna perbaikan dan pengembangan sang penyair ke depannya. Seorang kritikus juga harus memiliki sikap riang dalam berhadapan dengan siapapun. Selain itu, seorang kritikus juga memerlukan pengalaman hidup yang cukup agar dapat melihat suatu persoalan dari berbagai sudut pandang.
Sebuah karya sastra yang di kritik haruslah dilihat dari berbagai sudut pandang. Untuk tidak mematikan proses kreatifitas seorang penyair, Kritikus Sastra harus memberikan kritikan secara objektif atau secara apa adanya bukan ada apanya.seorang kritikus sastra haruslah memiliki banyak pengalaman,atau boleh dikatakan sudah banyak makan asam garam kehidupan ini. (*).